1. Rusa Bawean/Bawean Deer (Axis kuhlii)
Rusa Bawean |
Rusa
Bawean
(Axis kuhlii) adalah jenis rusa endemik yang ditemukan di Pulau Bawean,
satu daerah yang terletak 150 km sebelah
utara Surabaya, di kawasan Laut Jawa. Secara administratif pulau ini termasuk
dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Luas total Pulau Bawean sekitar
190 km² dengan daerah yang bergunung (400-646 m dpl) berada di sekitar barat
dan tengah pulau.
Ciri-ciri
dan Habitat Rusa Bawean. Rusa Bawean memiliki kondisi tubuh
yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya dari genus cervus dan axis yang menjadikan rusa jenis ini dikenal sebagai pelari yang
ulung. Rusa Bawean (Axis
kuhlii) mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh
antara 105-115 cm. Rusa endemik Pulau Bawean ini mempunyai bobot antara 15-25
kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Ciri khas lainnya adalah
memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan
ekor bagian dalam dengan warna bulu yang sama dengan kebanyakan rusa, cokelat
kemerahan kecuali pada leher dan mata yang berwarna putih terang. Bulu pada
Rusa Bawean anak-anak memiliki totol-totol tetapi seiring bertambahnya umur,
noktah ini akan hilang dengan sendirinya.
Tanduk (ranggah) Rusa Bawean jantan
mulai tumbuh ketika berusia delapan bulan. Tanduk (ranggah) tumbuh bercabang
tiga hingga rusa berusia 30 bulan. Ranggah rusa ini tidak langsung menjadi
tanduk tetap tetapi mengalami proses patah tanggal untuk digantikan ranggah
yang baru. Baru ketika rusa berusia 7 tahun, ranggah (tanduk rusa) ini menjadi
tanduk tetap dan tidak patah tanggal kembali.
Kegiatan hidup rusa Bawean terutama
berlangsung pada malam hari (nocturnal) dengan aktif berkelana mulai pukul 17.00
sampai pukul 21.00 serta menurunkan aktifitasnya pada pukul 02.00 dini hari
sampai pukul 05.00 pagi. Pada siang hari rusa Bawean biasanya menghabiskan
waktu untuk beristirahat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pada dasarnya rusa
bawean beraktifitas pada siang hari, namun karena merasa terusik dengan
aktifitas manusia yang merambah ke habitat alamiahnya membuat sifat aktif
alamiahnya berubah jadi nocturnal. Habitat
rusa bawean kebanyakan di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada
ketinggian hingga 500 mdpl. Mereka sangat hati-hati dan menghabiskan hari di
hutan di lereng-lereng curam guna menghindari kontak dengan manusia.
Masa kehamilan Rusa Bawean (Axis kuhlii) antara
225-230 hari dan melahirkan satu anak tunggal. Jarang sekali ditemukan kelahiran
kembar. Kebanyakan kelahiran terjadi antara bulan Februari hingga Juni.
Kondisi Populasi
dan Konservasi Rusa Bawean (Axis kuhlii). Di habitat
aslinya, Rusa Bawean semakin terancam kepunahan. Pada akhir 2008, peneliti LIPI
menyebutkan jumlah populasi rusa bawean yang berkisar 400-600 ekor. Sedang
menurut IUCN, satwa endemik yang mulai langka ini diperkirakan berjumlah
sekitar 250-300 ekor yang tersisa di habitat asli (2006).
Populasinya yang sangat kecil dan kurang
dari 250 ekor spesies dewasa membuat IUCN Redlist
sejak tahun 2008 memasukkan Rusa Bawean dalam kategori “Kritis” (CR; Critiscally Endangered)
atau “sangat terancam kepunahan”. Selain itu CITES juga mengategorikan spesies
bernama latin Axis
kuhlii ini dalam daftar “Appendix I”
Habitat alamiah rusa yang berubah dari
hutan alami menjadi hutan jati dengan sedikit sumber pakan merupakan salah satu
penyebab desakan populasi pada species ini. Kenyataan ini diperparah dengan
perburuan rusa bawean untuk kebutuhan makan maupun kebutuhan tertentu lainnya.
Usaha konservasi yang telah dilakukan
pemerintah dalam menyikapi kondisi ini adalah pembentukan Suaka Margasatwa
Pulau Bawean seluas 3.831,6 ha sejak tahun 1979. Selain itu untuk menghindari
kepunahan sejak tahun 2000 telah diupayakan suatu usaha penangkaran Rusa Bawean
(Axis kuhlii).
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla;
Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae; Upafamili: Cervinae; Genus: Axis; Spesies: Axis
kuhlii. Nama binomial: Axis
kuhlii (Müller, 1840)
2. Rusa Sambar
Rusa Sambar |
Rusa sambar
merupakan species rusa terbesar di Indonesia. Rusa sambar
kadang kala dinamai Rusa Sumatera, Rusa Kalimantan atau Rusa Air serta dalam
bahasa latin dikenal sebagai Cervus
unicolor. Rusa Sambar menjadi rusa paling besar diantara 3 rusa
asli Indonesia lainnya seperti rusa timor (Cervus
timorensis), rusa bawean (Axis
kuhlii), dan kijang (Muntiacus
muntjak).
Rusa sambar terdiri sedikitnya 13
subspesies. Subspecies rusa sambar yang asli berasal dari Indonesia adalah
Cervus unicolor equines. Sub Species ini terdapat di daerah Sumatera dan
Kalimantan. Selain itu, semenanjung Malaysia dan Thailand juga merupakan
habitat alamiahnya.
Ciri dan
Perilaku.
Ciri khas rusa sambar adalah tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan dan
cenderung berwarna coklat ke abu-abuan atau ke merah-merahan, warna gelap
sepanjang bagian atas.
Rusa yang hidup di Sumatera Indonesia
ini dapat tumbuh setinggi 102 cm – 160 cm dengan panjang tubuh sekitar 150 cm.
Berat rusa dewasa sekitar 80-90 kg (betina) dan 90-125 kg (jantan). Tanduk rusa
sambar juga tergolong panjang dan bisa mencapai hingga tinggi 1 meter.
Tidak ada musim kawin yang jelas dari
species ini, namun beberapa data menyebutkan bahwa bulan Juli sampai September
merupakan saat paling sering mereka melakukan perkawinan alami. Masa kehamilan
antara 210 hari hingga 240 hari.
Tanduk rusa sambar hanya dimiliki oleh
species jantan yang tumbuh pada umur sekitar 14 bulan. Tanduk pertama hanya
berbentuk lurus dan baru bercabang pada masa pertumbuhan tanduk berikutnya.
Tanduk akan lepas pada umur 10-12 bulan setelah tumbuh, yang selanjutnya akan
tumbuh kembali.
Rusa sambar merupakan binatang diurnal
yang beraktifitas pada siang hari. Mereka hidup secara berkelompok dan mendiami
daerah hutan tropis maupun subtropis hingga ketinggian mencapai 2000 meter dpl.
Persebaran dan
Konservasi.
Rusa sambar selain memiliki daerah penyebaran yang sangat luas di Asia.
Persebarannya meliputi Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, China,
India, Indonesia (Sumatera), Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Taiwan,
Thailand, dan Vietnam.
Saat ini rusa sambar (Cervus unicolor)
juga telah bisa dijumpai di Australia, New Zealand, Afrika Selatan, Amerika
Serikat (California, Florida, Texas). Usaha introduksi yang pernah dilakukan
telah membuahkan hasil positif.
Dalam daftar merah IUCN, rusa sambar dikategorikan dalam “Vulnerable”
(VU; Resiko Rendah) sejak tahun 1996 meskipun sebelumnya pernah mendapatkan
status “Endangered” (EN; Terancam Punah). Sedangkan dalam perangkat hukum
Indonesia, rusa sambar termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan
PP No. 7 Tahun 1999.
Klasifikasi
Ilmiah:
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla;
Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae; Upafamili: Cervinae; Genus: Cervus; Spesies: Cervus unicolor.
3. Rusa Timor (Cervus
timorensis/Rusa timorensis)
Anak Rusa Timor |
Rusa timor diperkirakan
berasal dari Jawa dan Bali. Hal ini yang membuatnya sering disebut sebagai rusa
jawa. Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan seperti Javan
Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer. Sedangkan dalam bahasa latin
(ilmiah) binatang ini disebut sebagai Cervus
timorensis yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Cervus celebensis (Rorig,
1896), Cervus
hippelaphus (G.Q. Cuvier , 1825 ), Cervus lepidus (Sundevall,
1846), Cervus
moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830), Cervus peronii (Cuvier,
1825), Cervus
russa (Muller & Schlegel, 1845), Cervus tavistocki (Lydekker,
1900), Cervus
timorensis (Blainville, 1822), dan Cervus tunjuc (Horsfield, 1830).
Ciri-ciri
Fisik dan Perilaku. Ciri umum dari Rusa timor (Cervus timorensis)
adalah kondisi fisik yang mempunyai bulu berwarna coklat kemerah-merahan hingga
abu-abu kecoklatan dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Panjang
badan berkisar antara 195-210 cm dengan berat alamiah antar 103-115 kg serta
dapat mencapai berat hingga 140 kg di penangkaran. Ukuran rusa timor lebih
kecil dibandingkan rusa sambar (Cervus
unicolor), tetapi dibandingkan dengan memilki sebagai dengan rusa jenis
lainnya seperti rusa bawean, dan menjangan, ukuran tubuh rusa timor lebih
besar.
Tanduk Rusa timor jantan bercabang.
Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8 bulan. Setelah
dewasa, tanduk menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung
runcing. Perilaku aktifnya menyesuaikan kondisi habitatnya, bisa aktif di siang
hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal).
Jenis rusa yang sama dengan species
lainnya sebagai pemamah biak merupakn jenis yang bersifat poligamus yaitu satu
penjantan akan mengawini beberapa betina. Umumnya Rusa betina mempunyai anak
setiap tahun dengan sekali musim rata-rata satu ekor anak.
Subspesies Rusa Timor. Whitehead
(Schroder dalam Nugroho, 1992; Semiadi, 2002) membagi jenis rusa timor (Cervus timorensis)
menjadi 8 subspesies (anak jenis), yaitu:
· Cervus
timorensis russa (Mul.&Schl.,
1844) biasa ditemukan di Pulau Jawa
· Cervus
timorensis florensis (Heude,
1896) biasa ditemukan Pulau Lombok dan Pulau Flores
· Cervus
timorensis timorensis (Martens,
1936) biasa ditemukan P. Timor, P. Rate, P. Semau, P. Kambing, P. Alor, dan P.
Pantai
· Cervus
timorensis djonga (Bemmel,
1949) biasa ditemukan P. Muna dan P. Buton
· Cervus
timorensis molucensis (Q.&G.,1896)
biasa ditemukan Kep. Maluku, P. Halmahera, P. Banda, dan P. Seram
· Cervus
timorensis macassaricus (Heude,
1896) biasa ditemukan P. Sulawesi
· Cervus
timorensis renschi (Sody,
1933)
· Cervus
timorensis laronesietes (Bemmel,
1949)
Habitat dan
Persebaran. Rusa
timor yang diperkirakan berasal dari pulau Jawa dan Bali dalam perkembangannya
mampu beradaftasi dengan baik hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan telah
diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius, Kaledonia,
Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Habitat rusa timor adalah padang
rumput pada daerah beriklim tropis dan subtropis, namun binatang ini mampu
beradaptasi di habitat yang berupa hutan, pegunungan, dan rawa-rawa. Rusa yang
menjadi fauna identitas Nusa Tenggara Barat ini dapat hidup hingga ketinggian
900 meter dpl.
Tanduk Rusa Timor |
Populasi dan
Konservasi. Populasi
rusa timor secara keseluruhan diperkirakan sekitar 10.000 hingga 20.000 ekor
dewasa. Berdasarkan jumlah populasi dan persebarannya, rusa timor dimasukkan
dalam status konservasi “vulnerable” (Rentan) oleh IUCN Red List.
Ancaman utama terhadap rusa timor
berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk mengambil dagingnya.
Penurunan populasi juga diakibatkan oleh berkurangnya lahan dan padang
penggembalaan (padang rumput) di kawasan hutan yang menjadi habitat
rusa timor. Hilangnya padang rumput ini ada yang diakibatkan oleh konversi
menjadi lahan pertanian dan pemukiman juga oleh kesalahan pengelolaan seperti
penanaman pohon yang yang kemudian merubah padang rumput menjadi hutan semak
seperti yang pernah terjadi di TN. Baluran.
Klasifikasi
Ilmiah. Kerajaan: Animalia. Filum: Vertebrata.
Sub filum: Chordata. Kelas: Mammalia. Ordo: Artiodactyla. Family: Cervidae.
Genus: Cervus. Species: Cervus timorensis. Nama Indonesia: Rusa
Timor.
4. Kijang (Muntiacus muntjak).
Kijang |
Kijang atau Muntiacus
muntjak
diyakini sebagai jenis rusa tertua yang berasal dari jaman prasejarah.
Diperkirakan ada sejak 15 – 35 juta tahun silam. Di Indonesia, species ini
dapat dijumpai mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali hingga Lombok.
Sebagian besar mengenal species ini
sebagai menjangan atau kidang. Dalam bahasa Inggris, Kijang
disebut sebagai Southern
Red Muntjac, Barking Deer, Bornean Red Muntjac, Indian Muntjac, Red Muntjac,
atau Sundaland Red
Muntjac. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) kijang dinamai Muntiacus muntjak
(Zimmermann, 1780) yang mempunyai sinonim Cervus
moschatus (Blainville, 1816), Cervus
muntjak (Zimmermann, 1780), Cervus
pleiharicus (Kohlbrugge, 1896), Muntiacus
bancanus (Lyon, 1906), dan Muntiacus
rubidus (Lyon, 1911).
Kijang |
Subspesies
Kijang.
Terdapat sedikitnya 15 subspesies kijang (Indian
Muntjac) di seluruh dunia. Ke-15 subspesies itu antara lain: M. m. annamensis
(Indochina), M. m.
aureus (semenanjung India), M.
m. bancanus (Kepulauan Banka), M.
m. curvostylis (Thailand), M.
m. grandicornis (Burma), M.
m. malabaricus (India Selatan dan Sri Lanka), M. m. montanus
(Sumatera), M. m.
muntjak (Jawa dan Sumatra bagian selatan), M. m. nainggolani
(Bali dan Lombok), M.
m. nigripes (Vietnam), M.
m. peninsulae (Malaysia), M.
m. pleicharicus (Kalimantan), M.
m. robinsoni (Pulau Bintan dan Kepulauan Lingga), M. m. rubidus
(Kalimantan), M. m.
vaginalis (Burma dan Cina).
Ciri Fisik dan
Perilaku.
Ukuran tubuh Kijang atau menjangan merupakan yang terkecil dibandingkan rusa
sambar, rusa timor maupun bawean. Panjang tubuh termasuk kepala sekitar 89-135
cm. Ekornya sepanjang 12-23 cm sedangkan tinggi bahu sekitar 40-65 cm, dengan
berat mencapai 35 kg. Rata-rata umur Kijang bisa mencapai 16 tahun.
Bulu atau rambut kijang (Muntiacus muntjak)
pendek, rapat, lembut dan licin. Warna bulunya sebagian besar berwarna coklat
gelap hingga coklat terang. Pada bagian punggung kijang terdapat garis
kehitaman sejajar. Daerah perut sampai leher berwarna putih. Sedangkan daerah
kerongkongan warnanya bervariasi dari putih sampai coklat.
Sebagaimana jenis rusa jantan lainnya,
Kijang juga mempunyai ranggah (tanduk). Hanya aga sedikit pendek, tidak
melebihi setengah dari panjang kepala dan bercabang dua serta mempunyai cirri
khas berupa gigi taring yang keluar.
Kijang atau menjangan (Muntiacus muntjak)
merupakan binatang soliter yang makanan utamanya adalah daun-daun muda, rumput,
buah, dan akar tanaman. Kijang jantan menandai wilayahnya dengan menggosokkan
kelenjar frontal preorbital yang
terdapat di kepala mereka di tanah dan pepohonan. Selain itu kijang jantan juga
menggoreskan kuku ke tanah atau menggores kulit pohon dengan gigi sebagai
penanda kawasan.
Jenis rusa yang sering aktif di malam
hari ini tidak memiliki musim kawin tertentu sehingga perkawinan terjadi
sepanjang tahun. Kijang betina dapat melahirkan sepanjang tahun dengan usia
kehamilan berkisar 6-7 bulan. Dalam sekali masa kehamilan, kijang melahirkan 1-2
ekor anak. Seekor pejantan bisa memiliki pasangan lebih dari satu rusa betina.
Kijang |
Habitat,
Persebaran dan Konservasi. Kijang dapat ditemukan di Sumatera,
Bangka, Belitung, Kepulauan Riau, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.
Sedangkan Negara penyebaran lainnya adalah Brunei Darussalam, Malaysia,
Thailand, Myanmar, Singapura hingga China (Hainan, Sichuan, Yunnan).
Kijang menyukai habitat hutan tropika dengan
aneka vegetasi, padang rumput, sabana, hutan meranggas. Kijang juga dapat
mendiami hutan sekunder, daerah di tepi hutan, dan tepi perkebunan. Binatang
ini mampu hidup di daerah dengan ketinggian mencapai 3.000 meter dpl.
Dalam PP Nomor 7 Tahun 1999, Kijang
termasuk satwa yang dilindungi tetapi berdasarkan, populasinya dianggap belum
terancam kepunahan. Oleh IUCN Redlist, kijang dikategorikan dalam status
konservasi “Least Concern” sejak 1996.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan:
Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Sub-ordo:
Ruminantia; Famili: Cervidae; Subfamili: muntiacinae; Genus: Muntiacus;
Spesies: Muntiacus muntjak. Nama Binomial: Muntiacus
muntjak (Zimmermann, 1780). Nama Indonesia: Kijang, Kidang,
Menjangan.
Rusa
kini menjadi satwa liar unggulan dan banyak dikembangkan melalui penangkaran.
Hewan ini mempunyai nilai ekonomi tinggi, baik potensi untuk wisata maupun
sebagai satwa penghasil daging, kulit dan ranggah. Namun demikian, eksploitasi
rusa tak bisa dilakukan secara sembarangan. Hal pertama yang harus dipastikan
adalah status populasinya di alam harus terjaga. Bukan karena statusnya yang
dilindungi Perundang-undangan, tetapi berdasar pada keyakinan bahwa satwa liar
di alam tidak hanya memiliki manfaat secara langsung tetapi juga ribuan fungsi
turunannya sebagai penyeimbang struktur ekosistem alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar